"Kenapa kamu menyayangiku?" lagi-lagi kalimat tanya kembali terucap dari bibir manisnya.
Aku tak mengerti mengapa dirinya kembali menanyakan hal tersebut kepadaku. Merasa bahwa dirinya tak pantas untuk kucintai.
Mungkin kejadian pagi tadi menjadi penyebab pertanyaannya. Ketika seorang dosen di kelas kami menegurnya dan mengomentari dia dengan perkataan yang pedas di depan teman-teman sekelas. Dirinya merasa tak berguna. Useless.
"Bukannya aku sudah pernah menjawab pertanyaanmu itu? Pastilah kamu tahu jawabannya." jawabku menanggapi pertanyaannya itu untuk yang kesekian kalinya.
"Tapi kamu tahu kan, aku ini seperti apa. Pintar, tidak. Kaya pun tidak. Tapi mengapa kamu tetap menyayangiku?" tanyanya lagi.
"Memang untuk menyayangi seseorang itu harus butuh syarat seperti itu?" balasku bertanya menanggapi pernyataan sekaligus pertanyaannya dengan senyum. Tentang ketidakyakinan cintaku padanya.
"Tidak juga" balasnya singkat dan mulai membandingkan sahabat kami. Ia memiliki kekasih yang kaya dan pintar sehingga dirinya bisa meminta apapun terhadap kekasihnya. "Tidakkah kamu menginginkan kekasih seperti itu?" tanyanya lagi.
Aku hanya tersenyum mendengar penjelasannya yang lucu akan sahabat kami dan pertanyaannya yang terdengar seperti penyerahan akan dirinya yang tak sempurna.
Frustasi.
"Kamu mau aku mencari seseorang yang seperti itu?"
"Mana ada orang yang mau di tinggal pacarnya karena orang lain?" tanyanya dengan ekspresi kaget tak percaya mendengarkan pertanyaanku.
Lagi-lagi aku hanya tersenyum...
Aku mengerti, bahwa selama ini, mungkin banyak hal yang membuat dirinya selalu merasa seolah-olah dirinya tidak pantas untukku. Dikala perbedaan kita itu sangat kontras terlihat.
Yah, memang..
Siapa saja bisa melihat perbedaan antara diriku dan dirinya. Aku yang sehari-harinya disibukkan dengan berbagai kegiatan dan dirinya yang tak mau turut campur dalam kegiatan apapun.. Aku terkesan serius dalam berbagai hal terutama terhadap pendidikan, dirinya justru hanya menanggapi santai hal tersebut..
Tapi, bukankah perbedaan itu menyatukan?
Aku tahu dan aku merasa bahwa dirinya merasa diriku ini tidak pantas untuk dirinya. Dan diriku seharusnya bisa mendapat yang lebih dibandingkan dirinya.
"Makadari itu. All I know, I just feel comfort when I'm with you. I feel happy. I love you however your condition. Just love you for who you are. I just PURELY love you." jawabku sekaligus menegaskan perasaanku padanya.
Terdengar puitis, tapi benar-benar itu yang kurasakan pada dirinya. Aku tak pernah mempermasalahkan kekurangannya, karena dia juga tak pernah mempermasalahkan kekuranganku. Aku tahu dia menyayangiku, begitupun aku terhadap dirinya. Hal tersebut terlihat dari seberapa besar pengorbanannya terhadap diriku selama ini.
Setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing, mengapa kita sebagai manusia harus tetap menuntut kesempurnaan jika di depan kita Tuhan sudah memberikan yang terbaik untuk kita saat itu?
Sejujurnya baik diriku maupun dirinya juga begitu tahu bahwa banyak sahabat-sahabat kami yang terheran-heran dan menganggap aneh ketika mengetahui diriku memiliki hubungan dengannya, tapi bagiku, aku tak peduli! Sungguh.
Apakah untuk menyayangi seseorang kita membutuhkan syarat? Tentu tidak!
If you love someone, just love..
Just let it be..
And I just love him..
Sekian dan terima kasih, tanpa perlu harus diganggu gugat.
Tatapannya seketika melembut dan..
"Terima kasih sayang sudah menyayangiku dan menerimaku bagaimanapun keadaanku, sayang Pelangi-ku juga" ucapnya manis sembari menarikku ke dalan pelukannya yang hangat kemudian mencium manis keningku.
Di ruang ini, di tempat ini..
If I could, I just want to stop this moment.
Betapa aku sangat bersyukur memiliki dia yang begitu baik dan pengertian padaku bagaimanapun dirinya. "Appreciate what you have today". And I do really appreciate to have him now.
I know, either I or him have lots of flaws, but that's why we do try to learn to accept each others's. I love his perfect imperfections. And the most important thing, I love him just the way he is.
I LOVE YOU.
No comments:
Post a Comment