Tuesday, 17 October 2017

Bingung

Bingung. Mungkin caption tersebut tepat menggambarkan perasaan ataupun pikiran yang berbenak dalam perasaan dan otak saya. Yang mana yang tepat untuk menggambarkan bingung, apakah perasaan terlebih dahulu yang menggambarkan situasi tersebut atau apakah otak dulu yang memunculkannya? Ujung-ujung bingung sendiri.

Well, sebenarnya disini saya bingung melihat sikap orang-orang di sekitar saya. Sebelum memulai intisari dari kebingungan saya, saya memulai tulisan ini dari pandangan kritis. Dalam proses pembelajaran yang saya lakukan, pemikiran kritis muncul karena adanya pertentangan yang dirasakan atas status quo atau kejadian yang biasa terjadi. Karena adanya kesadaran sosial ini, muncullah gerakan-gerakan untuk mengubah kebiasaan yang sudah mengakar ini.

Saya ingin mengangkat sebuah kesadaran di lingkungan sekitar saya. Cukup sederhana, tapi cukup menggambarkan pertentangan atas kondisi tersebut dan saya disini ingin menggumamkan sebuah kesadaran. Jadi, menurut saya, bukan maksudnya menjatuhkan, mendiskriminasi atau apapun itu,
kebanyakan orang Indonesia cenderung suka semua yang serba praktis, semua serba mudah. Sesuatu yang luar biasa 'kalo bisa' langsung ada di depan mereka atau tersodorkan, bila perlu, tanpa harus berusaha. Padahal SEBENARNYA, semua sumber sudah ada di depannya, tinggal bagaimana mereka mengolahnya.

Disini pengalaman saya adalah menyangkut tugas-tugas perkuliahan. Sebelum perkuliahan, tentunya dosen sudah memberikan silabus yang berguna sebagai informan. Apa saja materi dan bahan bacaan setiap pertemuannya, penilaian sudah ada di dalamnya. Hal tersebut sudah ditunjang dengan beberapa file yang sudah diberikan oleh dosen kepada kami, anak didiknya. Karena berhubung, datanya ada dalam flashdisk saya, sesampai di kosan, saya langsung mengirimkannya. Several weeks past, dalam waktu dekat ini saya memiliki sebuah presentasi, jadi dari beberapa hari sebelumnya, saya sudah melihat silabus yang ada dan menandai dokumen apa saja yang telah diberikan yang harus saya gunakan dalam materi presentasi. Sampai satu ketika, saya melihat ada beberapa dokumen yang tidak diberikan, misalnya tesis dan jurnal milik dosen kami yang dijadikan acuan.

Dalam kondisi tersebut, apa yang kalian pikirkan? Saya sendiri langsung refleks mengambil silabus, membukanya kembali dan melihat daftar bibliografi, ingin mencari tau "apa sih judul artikel milik dosen saya yang harus saya cari". Saya tipikal orang yang tidak suka menunggu. Waiting is just really wasting my time, padahal saya sukanya semua serba cepat. Jadi sontak saya scanning daftar pustaka, hanya highlight judul yang menunjang, setelah menemukan materi-materi yang tepat, saya cari masing-masingnya di internet. Ada beberapa file yang tidak bisa dibuka, usaha lagi gimana caranya bisa dibuka!

Well, sampai suatu saat kemudian, ada beberapa teman saya yang menanyakan terkait file tersebut dalam group, well, saat itu H-2 sebelum presentasi doooong.. Chat-nya di malam hari, saya hanya menjawab seadanya dan kembali fokus. Well, intinya mereka MINTA data yang sudah saya cari. Saya sih gak masalah memberikan, fine-fine saja, cuma terkadang saya kembali berpikir yang di atas. Budaya banget orang-orang hanya sekedar minta. Dan yang saya soroti disini adalah cara memintanya juga seolah-olah mereka boss, "materinya di share yaa". Saya juga sering mengalami ini sejak kuliah di bangku S1, ada juga teman saya yang bilang begini, "Eh, tugas lu dong!" Maksudnya mereka gak usaha dulu nyari, pengen semuanya disodorin. Padahal makalah yang dari dosen juga udah ada, tinggal cari aja. Sedih Tinkerbell liat yang beginian. </3

Tidak masalah, jadi saya kirimkan materinya malam itu juga saya kirimkan. Well, usut punya usut, memang masalah koneksi wifi di kosan saya sering "menjadi" saat malam hari. Ini bukan alasan. Beberapa kali seperti itu. Padahal malam itu, saya juga mau mengirimkan materi tutor pada ketua kelas salah satu kelas, dan memang lama, karena koneksinya, harus saya ulangi beberapa kali. Itu pukul 7, apalagi ini pukul 9. Hal tersebut di luar perkiraan saya, saya kira sudah terkirim. Saya melanjutkan tugas saya. Mematikan HP karena ingin fokus mengerjakan tugas. Tidak lama kemudian, bobo cantik.

Bangun pagi, langsung lanjut nugas lagi, gak peduli sudah sama HP, kerjanya cuma makan, depan laptop, beres-beres, repeat. Pokoknya harus selesai. Pagi harinya saya buka email, melihat dokumen tidak terkirim, jadi saya resend dong. Setelah itu, saya buka HP, ada salah satu teman yang kata-katanya rada nyelekit. Intinya di group itu di bilang saya tidak membalas message karena saya tidak ingin mengirimkan materi. "Itu artinya nyari sendiri", seperti itu. Sontak kaget Tinkerbell bacanya doooonnnngggg!!!!!! Satu kata tapi nyelekit.

Pelajaran lainnya, orang lain gak tau apa yang kamu lakuin karena mereka gak liat, beraninya hanya menghakimi dari luar. They don't know your story so they just assumed. Moreover, think sceptically about yourself. Sign yourself as a "medit" kinda girl. OHHH GOOOSSSSHHH!!!!! Disini gue ngakak!!!!!! LOL yaaa.. Congratulation Ness!!! You are trapped on their assumption. Yaaah, whatever lah. Intinya saya hanya bingung dengan sifat manusia yang seperti ini. Hanya bisa geleng-geleng kepala. Terserah lah yah. BINGUNG adalah tanggapan saya melihat sikon ini. :)

Kesadaran atas status quo disini ditekankan pada kegiatan-kegiatan pada "elit mahasiswa" yang masih kurang usaha, cara untuk meminta yang terkesan seenaknya, hanya menghakimi dari luar. Lama ngirim langsung dijudge pelit, tanpa melihat apa yang terjadi di kehidupannya, yang meminta selalu benar, yang mencari kalau lama mengirimkan berarti salah. Lambat ngirim = lambat buat tugas = salahnya yang nyari dan ngirim karena kelamaan. Padahal coba kalian gak cuma nunggu tapi usaha. Hal tersebut gak mungkin terjadi kan? Hmmm...

Semoga selalu ada hikmah dibalik semua. Intinya, fokus sama kerjaan aja. Do the best and let God do the rest.

Salam kebingungan,
Ness.

No comments:

Post a Comment