Tepat di akhir bulan Juli lalu,
selama 4 hari saya mengikuti suatu kegiatan yaitu Pelatihan Wilayah (Pelatwil)
IV di Malang. Kegiatan tersebut merupakan program dari Forum Indonesia Muda
setelah menjaring Kader Next Gen di setiap wilayah di Indonesia. FYI, pelatwil
IV merupakan kumpulan dari regional Jawa Timur (Surabaya, Madura, Sidoarjo, Jember, Kediri, Malang), Bali, NTB dan NTT. Saya tidak akan bercerita panjang lebar apa itu FIM
dan program-programnya, semuanya bisa teman-teman lihat disini.
Kali ini saya ingin bercerita
soal pengalaman maupun kesan dan pesan selama mengikuti kegiatan itu. Pertama,
kegiatan tersebut diselenggarakan di Malang, kota dimana saya mengenyam
pendidikan selama beberapa tahun terakhir. Awalnya rada ogahan untuk ikut yang
disponsori oleh pikiran harus kembali ke Malang saat masa liburan masih
terbentang panjang. Long story short,
saya membeli tiket kembali dari Manado ke Surabaya, 3 hari sebelum kegiatan biar. Biar
bisa istirahat sekaligus prepare sebelum
kegiatan, hehe..
Ekspektasi yang saya harapkan
dari FIM apa sih sebenarnya? Sebenarnya tidak ada ekspektasi apapun saat ikut
kegiatan ini. Paling mikirnya kayak P2KK gitu kayak latihan dasar kepemimpinan,
ketemu orang baru. Nothing to lose, nyari ilmu and teman. Setelah ngikutin kegiatan gimana? Ternyata Wahgelaseh!
Hari Kedua, sesi pakaian adat. Kearifan Lokal. |
Semuanya berkesan, tapi yang
paling berkesan adalah semua sesi yang menjadi cambukan untuk saya. Misalnya
dari Pak Dahlan Iskan dimana ia mengatakan latihan
paling penting yaitu mendengar bukan ngomong. Ngomong cukup di diskusi, di
masyarakat harus banyak mendengar! Karir ditentukan oleh attitude, karakter dan
prestasi.
Adapun sesi pengembangan diri
oleh Taufik Bersahaja. Saya tau beliau sewaktu di UMM, pernah mengikuti semacam
workshop dimana beliau menjadi
pemateri. Beliau mengajarkan apa saja ciri kepemimpinan yang baik itu. Ada juga
dalam merancang kegiatan, berlandaskan SMART objective, problem tree analysis dan sebagainya. Hal yang paling menjadi
cambukan buat diri saya yaitu, jika menginginkan sesuatu terjadi, berhenti
bertanya dan mulai lakukan! Nothing will
change, unless you change yourself first! Challenge-nya
yaitu KOMITMEN.
Juga pada sesi terakhir dari Pak
Atok. Meskipun rada sebel ada sesi nangis-nangisnya, berusaha tegar namun tak
bisa, wkwk.. Sesi ini nih yang paling ngena juga buat saya karena bisa buat
saya mikir lagi, why did you come here? What did you expect? What will you achieve after
this atau bahasanya what
will this program change you? Karena sesungguhnya kalau mengikuti
sesuatu yang saya pikirkan atau ekspektasi, gak apa-apa ikut aja nothing to lose, nambah ilmu dan nambah
teman. But deep down itu apa sih maknanya untuk hidup kamu? Sesi ini juga
mungkin sedikit menghantui saya sampai sekarang, karena jadi mikir keras untuk
rombak goals sampai sedetil mungkin (link to SMART objective).
Ambu Wulang juga dengan
keunikannya yang sangat menjunjung kearifan lokal. Suka banget sama corak
pakaian NTT nya Kak Ambu, TENUN! Tapi, dibalik dibalik tenun nan indah itu, ada usaha ibu-ibu yang duduk
berjam-jam sampai terkena penyakit ambeyen. Ada idealisme juga untuk
melestarikan kearifan lokal dan menghargai jasa para pekerja tenun. Harus ada
idealisme yaitu cara berpikir dan disertai moral. Sudah sampai dimanapun kamu,
tetap, jangan lupa daratan (tanah air tercinta), tetap rendah diri. Satu hal
dari sesi kepemimpinan yang saya ambil pelajarannya yaitu: pemimpin yang baik adalah ketika mereka (pemimpin) dapat memastikan ada
pemimpin-pemimpin berikutnya.
Yang gak kalah seru juga adalah
kegiatan adventure journey (AJ).. Ini
nih yang akhirnya bisa buat saya keliling-keliling Malang setelah beribu-ribu
purnama! #ceileh lol. Sebenarnya bukan tempatnya sih yang buat ngangenin, tapi
momennya bersama teman-teman Taji, sungguh Mantap Djiwa! Unforgettable banget! Well,
in this session, let give my hands up to personal inside and a little
description about them! Pertama-tema, ada Mbak Fiya sebagai fasil yang
cantik nan bersahaja, yang akan segera nikah akhir Agustus ini. Moga lancar yaa
Mbak. Kedua, ada Arif yang super receh dengan oceh-ocehannya but actually that
thing is what makes him special, yang gak buat orang lupa ama dia. Ada Nina,
teman Akademos waktu kuliah, yang kocak dan keibuan. Luhde, si cantik boneka
Bali yang super cute juga. Mas Najib, super diem anaknya (sepertinya) tapi rada
bikin keki karena super diemnya, tapi asyik sih aslinya, wkwk. Ada juga Mas
Zaki yang tipikal talk less do more, leader. Ada juga Mas Paskalis yang sangat
menginspirasi kisah dan perjuangannya dari NTT ke Malang naik truk. Al If,
pendiam tapi bak pujangga, sekali ngomong, tepat sasaran. Lol. Ada Rahma juga,
dedek dari Lombok yang moodyan dan pintar for
sure. Panjai yang anjay narsisnya tapi pegiat kedamaian! Last but not least, Novita, si pendiam yang
penuh kejutan!
(Dari kiri ke kanan) Cowok : Arif, Al If, Mas Zaky, Paskalis, Anjay Cewek: Mbak Fiya, Novita, Luhde, Me, Nina, Rahma |
Jadi sesi AJ, kita perorang hanya
diberikan jajan Rp16.000 (udah include transport, makan dan kebutuhan lainnya).
Pintar-pintar dah tuh ngolah juga buat ke 4 tempat (Alun-Alun Kota Malang,
Pasar Besar, Jodipan, Tugu kembali ke Masjid dekatnya Alun-alun). Jadi di
setiap spot ada misinya. Pengalaman susah senang selalu bersama berasa banget
dah disini. Mulai dari nyari truk tumpangan ke Malang, jalan lebih dari 2
kilometer kali baru dapat tuh #olahragapagi. Alhamdulillah dapat bapak supir yang baik, gak searah tapi ngantar
kita sampai tujuan #terharu. Moga bapak banyak rezeki yaa Pak. Setelah itu,
selama sisa perjalanan, kita jalan. Well, intinya dari 4 spot, pelajaran yang
saya ambil di alun-alun adalah salah satu tantangan di zaman sekarang adalah
banyak orang yang gak mau tau. Selanjutnya, lebih rinci ke poin inti di
masing-masing spot:
*Numpang di Pick Up orang* xD |
11. Spot
1: Alun-alun: Kalau mau menebar kebaikan dan diikuti orang, harus terlihat dulu
usahanya dan harus dilakukan secara konsisten apa yang mau diusahakan untuk
ditiru itu. Miracles won’t happen if we do nothing and unconsistently..
22. Spot
kedua: Pasar Besar, ternyata nyari uang itu susah guys. Jangan juga sepelekan
loh para pedagang kecil yang jualan disana. Apalagi yang mau belanja baju, Cuma
tau dibongkar aja, gak lipet lagi balikin tempatnya! Hargai sedikit usaha
orang-orang yang berjualan. Ada juga pelajaran, bahwa disana, rakyat cenderung
apatis untuk memilih calon pemimpin, “ujung-ujungnya
sama aja tetap begini”. Jadi mikir gak sih, yang salah pemerintah yang gak
pro rakyat kecil? Tapi sebenarnya apa sih sebenarnya juga yang mereka inginkan
dari pemerintahnya? Dibilangnya, pemerintah yang adil, tegas, pro rakyat
miskin. Itu masih dalam konteks luas, belum tau sampai dalamnya, kalaupun
mereka ingin dilihat dan ada perubahan, perubahan seperti apa yang mereka
inginkan, we do not know because of the
limit of time. Selain itu, mikir juga, percuma juga bakal ada perubahan
jika diri sendiri juga tidak melakukan suatu perubahan, misal dalam hal ini
turut apatis dalam memilih. Intinya, the problem is complex, harus heart to
heart antara mereka dan pemerintah!.
33. Jodipan:
dibalik kesuksesan menjadi desa wisata nan berkembang ekonomi warganya, para
wisatawan gak tau ada hak-hak dari mereka yang kita ambil. Hak untuk hidup
tenang karena, lahan bermain anak-anak jadi hilang termasuk lahan untuk jemur
pakaian di siang hari. Bisa tuh jadi lahan kontribusi buat para next gen ;)
44. Tugu:
belajar soal kearifan lokal, ternyata banyak yang mulai melupakan lagu daerah.
Lagu daerah aja lupa, apalagi tarian yah.. Balik ke diri sendiri. Langsung
refleksi ke diri sendiri juga. Teknologi juga buat permainan daerah semakin
lawas dan jarang digunakan.
FOTO-FOTO AJ:
Intinya, banyak kesan yang
tertinggal dari FIM yang buat diri ini dibuat cukup dihantui dan dipaksa
kembali berkontemplasi. Persahabatan yang terjalin menjadi rasa kekeluargaan
yang hangat. Sudah mulai merasa nyaman dengan teman-teman baru dari yang awalnya
gak. Rasa kekeluargaan semakin nambah jika ngomong soal kemanusiaan. Selesai
acara langsung galang dana untuk korban gempa Lombok. Semoga teman-teman dan
keluarga di Lombok tetap sehat selalu, diberi ketabahan dan kekuatan. Semoga
keluarga FIM yang sedang berjuang juga tetap istiqomah untuk melanjutkan
kegiatannya.
*Sesi bebas, foto bareng :D* |
Setelah Kegiatan Api Ekspresi.. |
Terima kasih juga untuk Mbak
Ummul yang udah manas-manasin untuk ikut FIM and mau ku repotin ama
pertanyaan-pertanyaanku. Selalu beliau bilang, “gak nyesel deh jadi anggota FIM dan ikut kegiatannya”. Dari yang
awal hanya membatin, paling cuma kegiatan seperti yang lain-lain,setelah ikut
langsung ngerasa bener banget. Buktinya? I
must say again, materi-materi dan motivasi yang saya dapatkan cukup
menghantui sampai saat ini. It means, IT
WORKS! They did their mission.
Gak hanya masuk telinga kiri keluar telinga kanan seperti yang sudah-sudah.
Semoga semua pelajaran selama
Pelatwil yang saya tuliskan disini, bukan hanya berguna bagi diri saya sendiri
maupun keluarga FIM 20, tapi juga untuk teman-teman pembaca. Semoga juga cukup
jadi cambukan dan menghantui kalian, like
it does to me. Hehehe.. Bagi yang masih ragu ikut FIM, ayooo daftarkan
dirimu jadi keluarga FIM, serius, dijamin gak nyesel! #gakendorsekok .
Intinya, jangan minder sama diri kalian sendiri, karena setiap diri kalian itu berharga dengan caranya masing-masing. #tsaaaah. Akhir kata, Aku untuk Bangsaku! #sambilkasihPowerWush
No comments:
Post a Comment