Monday 12 November 2018

CYAL 2018: What's next?

Rasa kalut yang semakin besar membuat saya menanyakan pendapat Ikki, Regie dan Heavy, ketiga sahabat saya sekaligus meredakan kegalauan hatiku. “Coba saja ditelfon, nothing to lose. At least you’ve tried to call them.” Kenapa galau? Karena menjadi kebiasaan saya tidak memeriksa HP dan tiba-tiba melewatkan suatu kesempatan besar. Seperti telfon dari salah satu perusahaan, Ernst and Young karena keteledoran saya tidak mengangkat telfon dan membiarkannya. When I called back,
that was too late.

Alhasil, keesokan pagianya pukul 10 pagi, saya menelpon nomor tersebut. Namun sayangnya, tidak ada jawaban dari nomor tersebut. “Mungkin hari Sabtu merupakan hari libur, jadi tidak diangkat telfonmu”, hibur hatiku.

Hari Senin pagi, saya kembali membaca aplikasi lamaran, mengeprintnya sebelum ke kampus. I sortly had a feeling that they will call me again! Dering telfon sudah kuaktifkan, mode maksimum! And THAT’S TRUE!!!!!!! Sesampainya aku di kampus, tiba-tiba nomor di hari Jumat menelponku kembali!!!!!!! What a shock moment!! Dengan sigap saya menjawabnya.

"Is this Rahmita? We are from UCTC blab la bla. Do you free right now? Because we want to do an interview towards CIMB Young ASEAN Leaders program" seru seseorang dari sambungan telepon. Okay, pada sesi ini, saya mencoba mencari tempat yang tidak terlalu ramai, karena sambungan internasional terdengar sangat jauh, butuh kesenyapan. Ruang kelas yang kosong terdekat yang saya singgah sebagai tempat untuk mencari kesenyapan. Saya berusaha fokus, meskipun terdapat beberapa pertanyaan yang saya minta untuk diulangi. Poor me

Beberapa pertanyaan yang mereka layangkan yaitu keterkaitan saya dengan program, why we should pick you as a delegate, apa problem yang dihadapi negaramu saat ini, apa masalah yang paling besar yang kamu hadapi dalam organisasi, apakah saya pernah tinggal di rural area?

Untuk pertanyaan pertama, saya menceritakan pengalaman saya di LEX, terkait design thinking program. Pertanyaan kedua terhubung dengan jawaban pertama, saya rasa pengalaman saya selama berorganisasi dan dari LEX dapat juga saya terapkan dalam kegiatan CYAL. Saya rasa ketika mengikuti program, sangat penting untuk menceritakan benefit yang dapat didapat oleh program tersebut dengan partisipasi kita di dalamnya, bukan hanya benefit yang akan saya dapatkan dari program. Win-win solution. Menurut beberapa laman website yang saya ikuti, memang benar bagi kita untuk memperbaiki niat ketika ingin mengerjakan suatu program, terlebih social activity, since many people just want to apply because they want to travel with no cost. Well, it's just the benefit, but remember, we are there for a specific purpose, not travelling.

Untuk pertanyaan kedua, menurut saya pribadi, masyarakat kurang berempati, since in Indonesia and maybe in other ASEAN countries, we are facing a real gap between the poor people and bad, facing bad environment problems. People still throw their rubbish not in its place, but many people still not realizing about the problem. Moreover people still don’t want to hand in hand to solve that problem and still act like they don't care! Bagaimana negara kita ingin sustainable jika kita saja masih tidak menyadari hal tersebut. 

Pengalaman setiap orang berbeda-beda, tapi saya berusaha untuk menjawab pertanyaa sejujur mungkin berdasarkan pengalaman saya sendiri. Well, about speaking skill, I think, mine is not that good. Banyak mungkin yang merasa minder dengan skill tersebut, me too!  I still overthink about the pronouciation, grammar, but I tried to speak confidently and just answer the questions. Give your best and let God do the rest!

Malam harinya, 15 Oktober 2018, saat saya sedang membuka email, sebuah email masuk. Saat dibuka, tulisannya:

Dear (my name),
Congratulations!!!!
We are pleased to inform you that you have been selected to participate in the CIMB Young ASEAN Leaders (CYAL) 2018.

The best feeling ever!!!!!!!! That was the first ever program that chose me after many programs I applied that not chose me. I mean, that is also the first program without any relation to University that I got. So I think, it boost my confident to apply other programs. Ada juga perasaan terharu saat mendapatkannya, jadi saya rasa, program ini sungguh spesial. Herewith, I want to say thanks for my dearest Akademos members, Ikki, Regie, Rina, Syol, Pak Hans, Pak Hasnan, dan banyak lagi, yang suka membagikan program dan dorongan untuk terus maju.I mean, I am not that youth enough, umur sudah mendekati pertengahan kepala 2 (whoops), but selama saya masih bisa apply, still eligible, then why not? Ini juga berlaku untuk kalian yang membaca tulisan ini. Selama masih ada kesempatan, pergunakanlah!

Setelah ini, dimulailah hari-hariku bersama peserta CYAL 2018..

(to be continued)

No comments:

Post a Comment