Wednesday, 30 August 2017

Malang: Loe Mien Toe Cafe

Thursday Morning around 10am.

I visited this place for the first time since my entire life, even when I used to live in Malang. Well, this cafe is quite famous because of the concept they serve. I've known this place from websites and some instagram posts. Well, I have to say that Loe Mien Toe is a very cozy to especially for spending your time!


Loe Mien Toe. Cafe ini berlokasi di daerah Dinoyo, Kota Malang. Lokasi tepatnya, to be honest, saya kurang paham karena saat itu merupakan kali pertama saya kesana dan saya pun hanya memakai jasa angkutan online saat itu. Walaupun demikian, yang saya ingat dari memori pemetaan saya yang kurang memadai ini  adalah bahwa untuk menuju tempat ini, saya harus memasuki gang samping Universitas Islam Malang and then go straight hingga di ujung jalan, mentok, belok ke kanan jalan memasuki kompleks perumahan.

Dari nama cafe ini, saya langsung dapat menebak bahwa cafe ini bertemakan negeri Tirai Bambu, hingga akhirnya hal tersebut lebih diperkuat dengan desain luar bangunan yang dominan berwarna merah yang menyambut kami dengan tulisan LOE MIEN TOE. Memasuki gerbang Selamat Datang bertiang kayu tersebut, saya langsung disambut dengan suasana alam yang masih kental. Cafe ini ternyata terletak disamping sungai dan masih terdapat beberapa pohon bambu di sekitarnya. Selain itu, lantainya pun dihiasi batu-batuan alam. Pagi itu, sekitar jam 10 pagi saya tiba disana dan kali pertama memasuki gerbangnya, saya langsung merasa nyaman. I thought my friend and I would totally enjoy to waste our time there for a little gathering.

Desainnya yang unik menjadi kelebihan cafe ini dan banyaknya koleksi-koleksi tua di setiap bagian ruangan yang sangat unik dan iconic membuat banyak pula pasangan yang datang ke tempat ini sebagai lokasi pemotretan pre-wedding. Pagi itu, ternyata baru saja ada satu pasangan yang baru selesai melakukan sesi pre-wed. Ke unikan tempat cafe ini dibuktikan, ketika memasuki pintu dalam ruangan cafe tersebut, tangga meliuk menyambut dihiasi dengan jajaran koleksi antik yang berjejer mengikuti liukannya. Hingga ketika pengunjung mendongak ke atas, lebih banyak lagi koleksi antik yang terpajang, mulai dari piringan, nampan, gelas, lampu dan lainnya bisa anda temukan. Foto besar seorang kakek dan nenek dengan etnis Tionghoa pun dipajang di atas sana.
Foto 1. Desain interior ruangan dari pintu masuk
Foto 2. Koleksi barang-barang antik di penghujung tangga ke lantai 2.
Sepinya lokasi saat waktu kedatangan lebih membuat saya dan teman-teman saya betah, serasa cafe tersebut milik kami. Selain itu, sebagai pengunjung kedua (setelah tim pre-wed), kita bebas untuk memilih tempat duduk. Saya dan sahabat-sahabat saya menuju lantai dua untuk menghabiskan waktu disana dan memulai cerita nostalgia SMA kita. Oh iya! Ternyata, hanya tersedia satu spot tempat duduk untuk empat orang di lantai dua. Di tempat tersebut, foto-foto sang proklamator menghiasi sekitaran dindingnya yang para pengunjung pun bisa melihat pesona sang Presiden Presiden RI melalui pigura-pigura tersebut. Ada juga salah satu spot yang unik disana yaitu tulisan-tulisan mandarin dan barang-barang antik yang sepertinya juga peninggalan Tionghoa berada disana. Semuanya bernuansa logam dan merah.


Foto 3. Chinese corner lantar 2.

Foto 4. As you can see, foto-foto proklamator menghiasi dinding ruangan lantai 2.

Foto 5. Another angle spot foto lantai 2. Dengan jendela menghadap ke lantai bawah kasir.

Untuk makanan, daftar menu yang disajikan menurut saya sendiri standar, seperti tempat nongkrong pada umumnya. Tersedia berbagai jenis milkshake, tea, soda maupun coffee di cafe ini. Makanannya juga sebatas rice bowl, french fries dan nasi goreng. Saya memesan Oreo Milkshake yang menurut saya rasanya pas di lidah, tidak terlalu manis sesuai selera saya. Untuk makanan sendiri, saya memesan Rice Bowl Teriyaki. Untuk rasa, kesan saya "B ajah". Satu hal yang kurang saya sukai dari makanannya adalah rasa bawang putihnya sangat terasa dan terdapat irisan-irisan kasar bawang, sehingga sesi makan agak terhalang dengan sesi memisahkan bawang dan makanan.

Pelayanan di cafe ini sendiri menurut saya sudah cukup baik. Saat hendak memesan makanan, makanannya belum tersedia saat kami datang pagi itu kecuali kami mau menunggu hingga pukul 11 tepat, mungkin karena jam operasionalnya dimulai pada waktu tersebut atau bagaimana, I have no idea, sehingga kami harus menunggu, it's okay. Syukurlah hal ini tercover dengan sudah tersedianya minuman. My friends and I don't mind about it. Akhirnya, kami memesan minuman saja terlebih dahulu sebelum kembali memesan makanan. Last but not least, yang kurang dari cafe ini adalah pengunjung harus menghampiri pekerja untuk memesan, dimana tempat pemesanan yaitu di kasir, di bagian pintu masuk cafe. Dari lantai 2, ada jendela besar yang menghadap keluar sehingga jika mau memesan, kami harus memanggil mereka darisana. Mungkin bagi pengunjung di bagian dalam ruangan harus keluar terlebih dahulu untuk memesan.

Anyway, it's all about money. So the price they offer for their food and beverage cukup terjangkau, dimulai dari Rp5.000 dan maksimal Rp20.000 per porsi. Cukup murah lah untuk kantong mahasiswa dan perantau. Hehehe..

Toilet. Saya orangnya memang agak picky untuk masalah yang satu ini. Untuk ukuran toilet umum di sebuah cafe, toiletnya termasuk besar dibanding bilik-bilik toilet dalam mall. Toiletnya pun  termasuk bersih sehingga tidak ada masalah untuk saya sendiri. Airnya juga bersih dan mengalir dengan lancar, begitupun fasilitasnya. Sayangnya tisu toilet tidak tersedia. Anyway, Hanya tersedia 2 toilet di sana dan hanya berada di lantai 1, jadi toiletnya campur untuk cowok dan cewek. Well. Menurut saya itu wajar, karena jumlah yang tersedia tidak banyak yaa.. Yang penting, para pengguna dan cleaning service tetap menjaga kebersihannya. So, Kekurangan dari toilet ini adalah mungkin hanya pada wastafel dan sabun cuci tangan dimana dua hal tersebut tidak tersedia namun sangat amat dibutuhkan. Lucky me. So, for you who have a plan to go there, better to bring hand sanitizer.

Bangunan cafe ini memang terlihat kecil, namun ternyata cukup luas karena dari pintu masuk ruangan jika kita terus berjalan, masih ada ruangan besar di 1 hingga sudut ruangannya. Tentu saja tidak lupa dengan hiasan oldish but goodies-nya yang disimpan dengan rapi di dalam lemari tua yang masih terawat. Diujung ruangan, terdapat spot yang cukup mencolok dengan warna-warnanya yang mencerminkan keetnisan suku di Kalimantan, salah satunya berasal dari kaca-kaca patri. Sungguh menyenangkan!


Foto 6. Salah satu hall ruangan di lantai 1. Dengan barang-barang antik terpajang
di dinding dan tersimpan rapi dalam lemari kaca tua.

Foto 6. Jelajah Loe Mien Toe with High School Fellas.

Foto 8. Sudut akhir ruangan lantai 1. Tempat dimana desain ruangan
dihiasi dengan warna-warni cerah.

Overall, saya menyukai suasana dan fasilitas yang ditawarkan. Saking nyamannya, saya dan teman-teman saya sampai lupa waktu dan pergi meninggalkan tempat tersebut pada sore hari sekitar pukul 4.30. Satu hal lain yaitu, Cafe ini mulai ramai saat sore hari. Yang saya perhatikan, sudah ada 4 pengunjung saat kami beranjak. So, untuk kalian yang berada di Malang, Loe Mien Toe Cafe harus berada dalam check list tempat tongkrongan kalian! ;)

Love,
Ness.

No comments:

Post a Comment