Tuesday 13 February 2018

Dua Mangkuk Ramen

Sore itu, 12 Februari 2018, hujan turun dengan derasnya membasahi Kota Pendidikan, Malang.
Di bawah naungan satu payung, kami berlari menerobos lebatnya deras hujan yang turun demi mengisi perut yang kosong. Tak tau kemana arah perginya, "yang penting nyebrang dulu", begitu rencananya.
Di deretan jalan Kawi, terpapar banyak kuliner yang siap memuaskan dahaga, terlebih di kala hujan yang katanya membuat perut lebih cepat lapar dari biasanya.
Perut dan hujan selalu pas dengan makanan berkuah. Walaupun ingin hati memakan makanan pokok (Indonesia: nasi), apa daya melihat sebuah kedai bertuliskan ramen, kaki ini justru melangkah dengan pasti ke dalam sana.


Moshi-moshi Ramen namanya. Memasuki kedai kecil itu serasa kembali bernostalgia dengan suasana Jepang yang sangat khas. Design kedainya sederhana tapi begitu kental dengan negara Matahari terbit itu. Warna creme cat dinding yang hangat serasa meredakan rasa dingin kulit yang ditambah basahnya baju sebagai tanda perjuangan menembus hujan. Seperti halnya di Jepang, ada tempat penyediaan payung basah dekat dengan pintu masuk, kursi kayu pada setiap mejanya dilengkapi dengan bantal. Fungsinya, agar customer dapat bersila sambil/saat makan ala cara di Jepang. Dindingnya ditempeli dekorasi ala-ala DIY dengan bunga berpot kecil dan bendera yang menambah kesan "warm and cozy" pada tempat ini. However, the most eye-catchy Japanese Style in that stall is the wide glass wall straight to the road also with flags behind the glass. And we ended up to that place! ;)

"Pilihlah menu makanan sesuai nama tempatnya"! Kedai yang kami singgahi memiliki nama "ramen" di belakangnya, jadi menu andalan di tempat ini pastilah RAMEN, no matter the other Japanese foods they served like sushi and etc. Banyaknya pilihan ramen membuat otak sulit untuk menentukan. Meskipun sariawan yang menggerogoti gusi, pada akhirnya tidak membuat saya pantang menjatuhkan pilihan saya pada makanan pedas. Sprue might ruin the way I eat yet it won't ruin my appetite in particular for spicy foods!

Finally, two bowls of ramen was served warmly, Spicy ramen for me of course and Shifudo Ramen for my friend, two "ebi" (gorengan udang yang dibaluri dengan tepung) become the bonus of the ramen itself and a portion of rainbow sushi, two mineral waters. Dari segi penampilan, makanannya disajikan cukup menggoda. Mine was served with white noodles, a half-boiled egg, a piece of vegetable (perhaps it was mustard greens), and a dumpling. While my friend's ramen was served same (except the taste which not spicy, most likely to original flavor) and not boiled-egg. Sushi yang di roll dengan ukuran mini yang mudah untuk sekali "hap" dalam mulut.

Sesendok kuah yang dicicipi sungguh mengunggah nafsu makan. Kuah pedas yang juga menyirami sariawan dalam mulut ini walau sakit terasa nikmat, namun pada akhirnya sakit itu terlupakan. Hasrat yang ada sungguh hanya ingin menghabiskan ramen hangat yang tersaji. "Ternyata ada rasa kuah yang menyaingi rasa kuah indomie", begitu ungkapan teman saya setelah merasakan sensasi kuah ramen yang ia pesan yang sekaligus menggelitik tawa saya sebagai respon atas ungkapannya. See, "Pilihlah makanan sesuai nama tempatnya." Ramen di moshi-moshi ramen memang juara! Rasa kuah pedasnya bukanlah seperti kebanyakan kuah pedas yang hanya dibumbui merica, tapi lebih kepada pedas ala jepang. Indra pengecapan saya yang pas-pasan mengindikasi ada rasa kecut seperti jika saudara merasakan kuah sayur asam, namun tidak seasam kuah sayur asam dan ditambah sensasi pedas ala orang Jepang. Untuk orang Indonesia, mungkin pedasnya tidak seberapa. Yet, most of all, satu kata yang mewakili adalah Nagih!

Spicy Ramen

Untuk rainbow sushinya sendiri, terdapat beberapa varian topping seperti pelangi yang terdiri dari wortel, tamago (egg) dan ketimun. Sempat kecolongan, awalnya kami mengira wortel tersebut merupakan a slice of salmon, karena sesuai bayangan saya ala makanan Jepang, salmon mentah juga disajikan sebagai topping dalam sushi. Mustard sauce and mayonaise also decorated on the sushi's plate. Mini sushi langsung terlahap, dari rasanya, isi dalam sushi tersebut cukup sederhana, hanya irisan udang dan ikan kecil juga nori. No more. Mie kenyal, pangsit ayam, sushi kami lahap dengan teduh dengan pemandangan jalanan yang dibaluri hujan deras dibalik kaca besar kedai. Serasa sensasi hujan Jepang di kota Malang.

Our Ramen and the view


Rainbow Sushi - The presentation from above
Rainbow sushi - the presentation from the side
4 toppings with cucumber and 2 toppings of carrot and tamago relatively.
Fill: nori (seaweed) and shrimp I guess.
Soal harga, tergantung untuk masing-masing orang. Cukup merogok kocek Rp24.000, anda sudah bisa mencicipi semangkuk ramen nikmat Moshi-Moshi Ramen. Harga yang sama berlaku untuk rainbow sushi. Mineral water, harga standar saja, cukup Rp5.000. Harga tersebut belum termasuk pajak 10%. Harga yang diberikan sesuai dengan kepuasan yang kami rasakan. Jika main ke Malang, tidak ada salahnya saudara mampir ke Moshi-Moshi Ramen dan menikmati sentuhan negeri sakura di bumi Arema.





No comments:

Post a Comment